Minggu, 10 Mei 2015

gunung Aplimapom



ada kesabaran dan keteguhan menakjubkan dalam diamnya
tatapan tajam menunjukkan kekokohan dan ketergaran jiwa
desiran daun dari pohon dikulitnya menunjukkan kehalusan batin
selimut putih kabut dan salju mencitrakan akan kerelaannya
dan keikhlasan sungguh kentara dari kaki sampai puncak
wahai engkau Amplimapon di tanah Papua

sungguh aku iri dengan tunduk patuhmu pada Sang Pencipta
rela menjadi paku bumi untuk sebuah kehidupan di semesta
berdzikir dalam diam tanpa kenal lelah tiada henti
menjadi saksi perputaran sejarah hingga akhir dunia
menyaksikan tingkah polah manusia yang beraneka rupa
menguliti bajumu yang hijau dan mengisab batu permata
wahai engkau Amplimapon di tanah Papua

belum lewat purnama keempat aku tinggal dikaki mu
mencoba memberi setitik cahaya yang dititipkan Tuhanku
pada mereka berambut keriting dengan bulu mata lentik
serta kaki-kaki telanjang penuh ingusan
mencoba membawa mereka akan masa depan
merengkuh mereka dalam dekap cahaya harapan
mengusir keterpurukan akan ketertinggalan dan keterpencilan
mengenalkan mereka akan janji surga pengetahuan
wahai Amplimapon di tanah Papua

namun sungguh rasanya q dipenjara dari semesta
dilempar ke waktu ratusan tahun sebelumnya
terselimuti oleh akar perkasa dirimu beserta pasukannya
terputus akan dunia imitasi mata air ilmu baru
tersisihkan oleh cinta dan harapan kesenangan sementara
tenggelam dalam penantian penuh keprihatinan
wahai Amplimapon di tanah Papua

Sungguh terkadang aku malu padamu
sebagai sesama makhlukNya yang harus mengabdi dan berbakti
aku penuh keluh kesah dan ucapan sampah
kuingin meminta secuil kesabarmu dariNya
agar diri ini bisa tetap tinggal dikakimu sampai waktunya tiba
membawa kereta perubahan dan kemajuan
untuk mereka manusia yang tinggal dikakimu
wahai amplimapon

dalam keirian pada keponggahan Gunung yang begitu sabar
21.49 WIT
02012014

Tidak ada komentar:

Posting Komentar