Rabu, 16 Desember 2015

smog alias kabut asap, secuil solusi konkrit untuk kebahkaran lahan gambut



Musim kemarau tahun ini menyisakan istilah yang sangat membekas diotak. Kebakaran hutan di riau yang menyebar ke daerah lain membuat namanya makin keren. Artis pendatang yang di maksud adalah kabut asab. Atau Bahasa kerennya smog.
Smog adalah istilah gabungan antara asap (smoke) dan kabut (fog), yaitu kabut yang mengandung zat-zat pencemar udara. smog terdiri dari karbon monokisda atau capuran kimia nitrigen yang merangsang leher dan hidung, sehingga menimbulkan penyakit pada organ sistem pernapasan.
Istilah "smog" pertama kali dikemukakan oleh Dr. Henry Antoine Des Voeux pada tahun 1950 dalam karya ilmiahnya "Fog and Smoke", dalam pertemuan di Public Health Congress. Pada 26 Juli 2005, surat kabar London, Daily Graphic mengutip istilah ini “[H]e said it required no science to see that there was something produced in great cities which was not found in the country, and that was smoky fog, or what was known as ‘smog.’” (Dr Henry Antoine Des Voeux menyatakan bahwa sebenarnya tidak diperlukan pengetahuan ilmiah apapun untuk mendeteksi keberadaan sesuatu yang telah diproduksi di kota besar tetapi tidak ditemukan di perkampungan, yaitu "smoky fog" (kabut bersifat asap), atau disebut juga dengan smog (asbut).). Hari berikutnya surat kabar tersebut kembali memberitakan “Dr. Des Voeux did a public service in coining a new word for the London fog” (Dr. Des Voeux menjalankan tugas pelayanan masyarakatnya dengan memperkenalkan istilah baru, asbut).
Terdapat dua jenis utama asbut. Asbut fotokimia, seperti kasus di Los Angeles, dan kabut industri seperti di London.
·         Asbut fotokimia :Penyebab utama dari asbut fotokimia adalah polutan nitrogen oksida dan hidrokarbon. Nitrogen oksida berasal dari kendaraan bermotor sedangkan Hidrokarbon berasal dari berbagai sumber. Kedua zat pencemaran tersebut mengalami reaksi fotokimia membentuk ozone
·         Asbut Industri : Merupakan asbut yang terjadi di London setelah terjadinya revolusi industri yang menghasilkan pencemaran besar-besaran dari pembakaran batu bara. Pembakaran ini menghasilkan campuran asap dan sulfur dioksida. Gunung berapi yang juga menyebabkan berlimpahnya sulfur dioksida di udara, menghasilkan asbut gunung berapi, atau vog (vulcanic smog, asbut vulkanis).
Lalu bagaimana dengan smog alias kabut asap di riau dan penanganannya.. apakah juga seperti dua faktor diatas? ternyata usut punya usut penyebab smog di daerah riau yang selanjutnya menyebar ke Jambi, Sumatra selatan dan sebagian pulau kalimantan adalah
kebakaran lahan yakni  kerusakan ekosistem lahan gambut. Kebakaran terjadi karena alih fungsi di lahan yang sangat mudah terbakar sangat besar. Pemicu kebakaran ini adalah karena keringnya lahan gambut setelah alih fungsi lahan. Dalam proses alih fungsi, lahan gambut itu selalu disertai pengeringan lewat pembuatan kanal-kanal.  Bentang alam gambut berubah. Area gambut dengan biodiversitas beragam dan basah disulap menjadi area perkebunan dengan satu jenis tanaman dan dikanalisasi untuk mendukung budidaya. Akibatnya, gambut kering dan mudah terbakar. kita tahu gambut adalah proses alam yang terjadi begitu lama. gambut terbentuk dari timbunan daun, batang serta sisa jasad renik yang terpendam air dalam waktu yang lama berpuluh tahun bahkan ratusan tahun.
aneh ketika mengurangi smog dengan menyemprotkan air di lokasi kbakaran tanah gambut. karena yang dipadamkan hanya permukaan, sedang di bawah lapisan, panas api masih membara.
solusi konkrit yang ditawarkan oleh penulis amatir ini adalah :
- hentikan pengeringan gambut/ alih fungsi lahan gambut dengan proses pengeringan. jika kemarau panjang datang, dan memicu kebakaran itu akan memperparah smog alias kabut asap.
- tindakan tegas / hukum kuat yang mengatur konservasi dan perlindungan area gambut tersebut
- aturan yang bisa mencegah dan mengakiri pengrusakan hutan 
- hukuman keras dan tegas bagi SIAPAPUN yang melanggar dan MERUSAK lingkungan tersebut
- minimalisir pembukaan area gambut tanpa menimbulkan bencana. jika pun terpaksa membuka area lahan gambut maka presentasenya harus lah kecil.

banyak yang tidak menyadari bahwa ketika kita merusak areal gambut, berarti kita sudah memicu terjadinya kiamat kecil berupa hancurnya lingkungan kita.
belajar dari sejarah, ketika kita tidak mencintai lingkungan, maka lingkungan pun tidak akan pernah mencintai....
buat mereka yang meneriakkan cinta lingkungan hanya di mulut segera bertobatlah..kembali ke jalan yang benar. bisa jadi langkah kecil yang kita lakukan hari ini sangat bermanfaat untuk anak cucu kita kelak

Tidak ada komentar:

Posting Komentar