Senin, 14 Desember 2015

pedosfer alias tanah


PEDOSFER
Pedosfer atau tanah adalah lapisan kulit bumi yang tipis terletak di bagian paling atas permukaan bumi.  Pembentukan tanah di Indonesia beraneka ragam, baik oleh gunung api, pelapukan, erosi, dan pengendapan sehingga menghasilkan jenis tanah yang beraneka ragam pula.
A.       Proses pembentuk tanah
Ada beberapa faktor penting yang mempengaruhi proses pembentukan tanah, antara lain iklim, organisme, bahan induk, topografi, dan waktu.






1)    Iklim
Unsur-unsur iklim yang mempengaruhi proses pembentukan tanah terutama ada dua, yaitu suhu dan curah hujan.
·      Suhu/Temperatur
Suhu berpengaruh terhadap proses pelapukan bahan induk. Apabila suhu tinggi, maka proses pelapukan akan berlangsung cepat sehingga pembentukan tanah akan cepat pula.
·      Curah hujan
Curah hujan berpengaruh terhadap kekuatan erosi dan pencucian tanah, sedangkan pencucian tanah yang cepat menyebabkan tanah menjadi asam (pH tanah menjadi rendah).
2)    Organisme (vegetasi dan jasad renik)
·      membantu proses pelapukan baik pelapukan organik maupun pelapukan kimiawi.
·      membantu proses pembentukan humus
·      jenis vegetasi berpengaruh pada sifat-sifat tanah
·      kandungan unsur kimia yang terdapat pada tanaman berpengaruh terhadap sifat-sifat tanah


3)    Bahan induk
terdiri dari batuan vulkanik, batuan beku, batuan sedimen dan metamorf. Batuan induk itu akan hancur menjadi bahan induk, kemudian akan mengalami pelapukan dan menjadi tanah.


4)    Topografi/relief
Keadaan relief suatu daerah akan mempengaruhi tebal atau tipisnya lapisan tanah dan sistem drainase/pengaliran.
5)    Waktu
Tanah merupakan benda alam yang terus menerus berubah, akibat pelapukan dan pencucian yang terus menerus. Oleh karena itu tanah akan menjadi semakin tua dan kurus. Mineral yang banyak mengandung unsur hara telah habis mengalami pelapukan sehingga tinggal mineral yang sukar lapuk seperti kuarsa.

B.       Ciri-ciri tanah
1)    Sifat fisik tanah
·      Tekstur Tanah
yaitu perbandingan relatif berbagai golongan besar partikel tanah dalam suatu terutama perbandingan antara fraksi-fraksi seperti pasir, debu, dan lempung. Misalnya tanah di dekat pantai  cenderung bertekstur pasir. Jika partikel lempung, pasir dan debu sama disebut tanah geluh.
Klasifikasi tekstur tanah yaitu sebagai berikut
Untuk menentukan jenis tekstur tanah dapat dilakukan dengan uji langsung maupun uji laboratorium. Uji langsung dilakukan dengan meremas (memilin-milin) sampel tanah dalam keadaan basah, sedang uji laboratorium dimaksudkan untuk memperoleh nilai persentase tekstur.
Nilai ini kemudian dicocokkan dengan segitiga tekstur seperti gambar sebagai berikut.

Segitiga tekstur

·      Struktur tanah
adalah cara pengikatan butir-butir tanah yang satu terhadap yg lain.  Struktur tanah memiliki bentuk yang berbeda-beda yaitu sebagai berikut.
1.     Lempeng (Platy), ditemukan di horizon A.
2.     Prisma (Prosmatic), ditemukan di horizon B pada daerah iklim kering.
3.     Tiang (Columnar), ditemukan di horizon B pada daerah iklim kering.
4.     Gumpal bersudut (Angular blocky), ditemukan pada horizon B pada daerah iklim basah.
5.     Gumpal membulat (Sub angular blocky), ditemukan pada horizon B
6.     pada daerah iklim basah.
7.     Granuler (Granular), ditemukan pada horizon A.
8.      Remah (Crumb), ditemukan pada horizon A.

·      Permeabilitas tanah
yaitu kecepatan air meresap ke dalam tanah melalui pori-pori baik ke arah vertikal maupun horizontal. Cepat tidaknya permeabilitas ini ditentukan oleh tekstur tanah. Semakin kasar tekstur tanah, semakin cepat air merember, begitu pula sebaliknya.
·      Konsistensi tanah
adalah sifat fisik tanah yang menyatakan besar kecilnya gaya kohesi dan adhesi dalam berbagai kelembapan. Konsistensi tanah dapat kamu ketahui dengan mencoba memecah
tanah tersebut, apabila sulit dipecah berarti bahwa tanah mempunyai konsistensi yang kuat.
·      Lengas tanah
Pada musim kemarau, musim memanen palawija antara lain bawang, kacang, ketela, dan sebagainya. Ladang yang kelihatannya kering itu ternyata ada gumpal tanah yang melekat pada buah kacang atau bawang dan tanah masih lembap. Kelembapan inilah yang disebut lengas tanah.
·      Warna tanah
Warna tanah yang bermacam-macam, ada yang berwarna cokelat, merah, dan kuning. Hal ini salah satunya dipengaruhi oleh tingginya kandungan bahan organik di dalamnya. Warna tanah pada pegunungan vulkanik berbeda dengan warna tanah pada pegunungan kapur. Semakin tinggi kandungan bahan organik berarti warna tanah cenderung semakin gelap.
·      Porositas
Tanah dikatakan bersifat porous apabila mudah atau cepat meresapkan air. Berarti tanah tersebut mempunyai pori-pori besar yang dominan, misalnya tanah pasir. Dengan demikian, porositas merupakan persentase volume pori yang ada di dalam tanah dibanding volume massa tanah.
·      Drainase tanah
Drainase tanah merupakan kemampuan tanah mengalirkan dan mengatuskan kelebihan air, baik air tanah dalam maupun pada air permukaan. Pada tanah dengan drainase yang buruk, air akan cenderung menggenang. Penanganan sifat drainase yang buruk sering dilakukan dengan membangun selokan.

2)    Sifat kimia tanah
Tanah punya sifat kimia yang berbeda-beda. Penentu sifat kimia tanah antara lain kandungan bahan organik, unsur hara, dan pH tanah. Hal ini karena pada dasarnya tanah merupakan campuran dari bahan material batuan yang telah lapuk (nonorganik), organik (sisa tanaman/organisme), mikroorganisme, udara dan air.
3)    Sifat biologi tanah
Tanah sebagai tempat tumbuhnya tanaman dan hidupnya organisme di dalamnya. Misalnya keberadaan cacing tanah dapat meningkatkan unsur nitrogen, fosfor, kalium & kalsium sehingga tanah jadi subur.  Lubang yang ditiggalkan cacing dapat memudahkan drainase tanah.
4)    Profil tanah
adalah susunan tanah berdasarkan lapisan-lapisan tertentu yang menunjukkan tingkat kepadatan, ketebalan, warna dan tekstur yang berbeda-beda. Lapisan tanah itu dinamakan horizon.
·      Horison O
Lapisan teratas, berupa tanah muda, mengandung banyak         bahan organik karena merupa-kan zone perakaran dan tempat organisme & mikroorganisme tanah berada.
·      Horison A
terdiri atas campuran bahan organik dan bahan mineral. Horizon A merupakan horizon yang mengalami pencucian.
·      Horison B
merupakan zone akumulasi (tempat diendapkannya mineral dari horizon A)
·      Horison C
   tersusun atas bahan induk yang sudah mengalami sedikit pelapukan dan bersifat tidak subur.
·      Horizon D
terdiri dari lapisan batuan induk yang belum melapuk.



Jenis - jenis Tanah Menurut Sistem Pusat Penelitian Tanah

Nama - nama tanah dalam tingkat jenis dan macam tanah dalam sistem Pusat Penelitian Tanah yang disempurnakan sangat mirip dengan sistem FAO/UNESCO.
Walapun demikian nama - nama lama yang sudah terkenal tetap dipertahankan, tetapi menggunakan definisi - definisi baru.
Padanan nama Tanah menurut berbagai Sistem Klasifikasi (disederhanakan)


 



























Nama - nama tanah dan definisnya yang disederhanakan :
·         Organosol : Tanah organik (gambut) yang tebalnya lebih dari 50 cm.
·         Litosol : Tanah mineral yang tebalnya 20 cm atau kurang. Di bawahnya terdapat batuan keras yang padu.
·         Rendzina : Tanah dengan epipedon mollik (warna gelap, kandungan bahan organik lebih 1 %, kejenuhan basa lebih 50 %, dibawahnya terdiri dari batuan kapur.
·         Grumusol: Tanah dengan kadar liat lebih dari 30 % bersifat mengembang dan mengkerut. Kalau musim kering tanah keras dan retak-retak karena mengkerut, kalau basah lengket (mengembang).
·         Gleisol : Tanah yang selalu jenuh air sehingga berwarna kelabu atau menunjukkan sifat-sifat hidromor fik lain.
·         Aluvial : Tanah berasal dari endapan baru, berlapis-lapis, bahan organic jumlahnya berubah tidak teratur dengan kedalaman. Hanya terdapat epipedon ochrik, histik atau sulfurik, kandungan pasir kurang dari 60 %.
·         Arenosol : Tanah berstektur kasar dari bahan albik yang terdapat pada kedalaman sekurang-kurangnya 50 cm dari permukaan atau memperlihatkan ciri-ciri mirip horison argilik, kambik atau oksik, tetapi tidak memenuhi syarat karena tekstur teralu kasar. Tidak mempunyai horison penciri kecuali epipedon ochrik.
·         Andosol : Tanah - tanah yang umumnya berwarna hitam (epipedon mollik atau umbrik dan mempunyai horison kambik; bulk density) kerapatan lindak kurang dari 0.85 gr/cm3; banyak mengandung bahan amorf, atau lebih dari  60 % terdiri dari abu vuklanik vitrik, cinders, atau bahan pryroklasik lain.
·         Latosol : Tanah dengan kadar liat lebih dari 60 %, remah sampai gumpal, gembur, warna seragam dengan batas - batas horison yang kabur, solum dalam  (lebih dari 150cm), kejenuhan basa kurang dari 50 %, umumnya mempunyai epipedon umbrik dan horison kambik.
·         Brunizem : Seperti Latosol, tetapi kejenuhan basa lebih dari 50 %.
·         Kambisol : Tanah dengan horison kambik, atau epipedon umbrik, atau mollik. Tidak ada gejala -gejala hidromorfik (pengaruh air).
·         Nitosol : Tanah dengan penumbunan liat (horison argilik). Dari horizon penimbunan liat maksimum ke horizon -horison dibawahnya, kadar liat kurang dari 20 %. Mempunyai sifat ortosik (Kapasitas Tukar Kation kurang dari 24 me/100 gr liat).
·         Podsolik : Tanah dengan horison penimbunan liat (horison argilik), dan kejenuhan basa kurang dari 50 %. Tidak mempunyai horison albik.
·         Mediteran : Seperti tanah Podsolik mempunyai horison argilik tetapi kejenuhan basa lebih dari 50 %.
·         Planosol : Tanah dengan horison albik yang terletak di atas horison dengan permeabilitas lambat (misalnya horison argilik atau natrik yang memperlihatkan perubahan tekstur nyata, adanya liat berat atau pragipan, dan memperlihatkan ciri - ciri hidromorfik sekurang -kurangnya  pada sebagaian dari horison albik.
·         Podsol : Tanah hosison penimbunan besi, Al oksida dan bahan oraganik (=horison spodik). Mempunyai horison albik.
·         Oksisol : Tanah dengan pelapukan lanjut dan mempunyai horison oksik, yaitu horison dengan kandungan mineral mudah lapuk rendah, fraksi liat dengan aktifitas rendah, Kapasitas Tukar Kation rendah (kurang dari 16 me/100 gr liat). Tanah ini juga mempunyai batas - batas horison yang tidak jelas
EROSI DAN KERUSAKAN TANAH

Pada proses erosi, massa batuan diuraikan dan dipindahkan dengan bantuan air, angin, es, maupun tenaga gravitasi.
Air hujan menjadi salah satu tenaga erosi. Hujan turun mengenai permukaan bumi yang beraneka ragam. Pada permukaan yang tidak bervegetasi, air jatuh ke permukaan tanah dan mampu mengikis tanah. Sedangkan pada tanah yang bervegetasi air dapat tersimpan di bagian2 vegetasi, misalnya akar tanaman.
Gambar di samping memperlihatkan kondisi topografi yang bervariasi. Bagian B dan C, mempunyai kemiringan lerengyang curam, air hujan yang turun memiliki kekuatan yang tinggi untuk mengalir ke bawah, dan mengikis permukaan tanah. Turunnya air ke bawah juga dipengaruhi oleh gaya gravitasi. Pada lereng yang curam, air tidak banyak berinfiltrasi, air hujan akan menjadi aliran permukaan. Pada bagian D banyak berlangsung deposisi, karena merupakan daerah pengendapan materi dari lereng atas.


Jenis erosi :
a.     Erosi permukaan, yaitu hilangnya lapisan tanah terjadinya karena adanya tenaga dari air atau gletser sehingga melarutkan lapisan tanahnya
b.     Erosi percik, yaitu erosi yang terjadi karena percikan air hujan pada tanah atau batuan
c.     Erosi lembar.
Pada erosi ini memecah partikel tanah pada lapisan tanah yang hampir seragam, sehingga erosi ini menghasilkan kenampakan yang seragam.
d.     Erosi alur
 Erosi ini menghasilkan alur-alur yang mempunyai kedalaman kurang dari 30 cm dan lebar kurang dari 50 cm.
e.     Erosi Parit (Gully Erosion)
Erosi yang menghasilkan alur-alur yang mempunyai kedalaman lebih dari 30 cm dan lebar lebih dari 50 cm.




Kerusakan Tanah dan Dampaknya bagi Kehidupan
a.     Erosi
Pengikisan yang terjadi membuat materi tanah terlarut hingga akhirnya tanah kehilangan unsur haranya. Akibatnya, tanah akan kehilangan kesuburannya. Tidak hanya itu, terkikisnya lapisan tanah menyebabkan rusaknya struktur tanah, hingga kemampuan menyerap air menjadiberkurang. Dampak erosi tidak hanya akan dirasakan oleh tempat di sekitar terjadinya erosi, tetapi juga wilayah yang menjadi daerah pengendapan hasil erosi. Sedimentasi di sungai mengakibatkan menurunnya daya tampung sungai. Aliran air sungai yang membawa material terlarut akan menjadi keruh. Kekeruhan memengaruhi daya tembus sinar matahari ke dalam sungai. Jika air keruh, sinar matahari tidak lagi mampu menembus air sungai. Sementara itu, di sungai terdapat berbagai organisme yang memerlukan sinar matahari untuk menunjang kehidupannya.
b.     Penggundulan Hutan
Salah satu penyebab penggundulan hutan adalah perubahan fungsi lahan hutan menjadi permukiman. Selain itu, penyebab lain adalah perladangan berpindah dan kepentingan ekonomi. Karena kayu dan hasil hutan merupakan komoditas ekspor yang bernilai tinggi, maka penebangan hutan menjadi marak dan tidak terkendali lagi. Akibat hutan gundul, satwa liar akan kehilangan habitatnya hingga akhirnya untuk mempertahankan hidup sulit. . Selain itu, fungsi hutan yang selama ini sebagai paru-paru dunia dan penyimpan cadangan air akan hilang.
c.     Polusi
Polusi tidak hanya terjadi di udara, tetapi juga di tanah dan air. Polusi disebabkan pembuangan limbah, baik itu limbah industri ataupun limbah rumah tangga ke dalam tanah, air, dan udara.
d.     Kebakaran Hutan
Kebakaran hutan menyebabkan menyebabkan penurunan biomas di dalam tanah, sehingga produktivitas tanah menurun. Selain itu, kebakaran hutan juga akan meningkatkan erosi tanah.
e.     Eksploitasi Tambang yang Berlebihan
Bahan-bahan tambang seperti emas, tembaga, dan bahan galian C (pasir dan batu) dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan manusia. Eksploitasi bahan-bahan tambang yang berlebihan, tanpa memerhatikan lingkungan akan berdampak negatif di kemudian hari. Lahan yang telah ditambang akan meninggalkan lubang-lubang yang mengangga di muka Bumi. Kerusakan lingkungan yang berupa kesuburan tanah hilang dan perubahan topografi banyak ditemukan pada lahan tambang. Selain itu, Kerusakan tanah juga disebabkan adanya Proses Kimiawi maupun kimiawi Air Hujan, tanah Longsor, terkumpulnya Garam di Daerah Perakaran (Salinisasi), maupun akibat dari Penjenuhan Tanah oleh Air (Waterlogging).

Upaya Penanggulangan Kerusakan Tanah
a. Mengendalikan Erosi
Banyaknya tanah yang tererosi ditentukan oleh faktor curah hujan, erodibilitas tanah, kemiringan dan panjang lereng, tanaman penutup, pengelolaan lahan, serta praktik konservasi. Dengan mengendalikan faktor-faktor penyebab erosi tersebut, maka erosi tanah dapat dicegah atau dikurangi. Dari seluruh faktor erosi tersebut kecuali curah hujan, dapat dipengaruhi atau dikendalikan oleh manusia, seperti mengurangi panjang dan kemiringan lereng, menanami lahan dengan tanaman penutup, dan melakukan pengelolaan lahan. Kegiatan tersebut merupakan bagian dari praktik konservasi.
b. Mengawetkan Tanah
Tanah dapat mengalami penurunan kesuburan sehingga berpengaruh terhadap tumbuhnya tanaman. Untuk mempertahankan tingkat kesuburan tanah maka perlu usaha pengawetan atau konservasi. Cara pengawetan tanah secara garis besar dapat dibedakan menjadi dua, yaitu dengan metode vegetatif dan metode mekanik.

Metode vegetatif dapat dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut.
·         Penanaman tanaman secara berjalur tegak lurus terhadap arah aliran (strip cropping).
·         Penanaman tanaman secara berjalur sejajar garis kontur (contour strip cropping). Cara penanaman ini bertujuan untuk mengurangi atau menahan kecepatan aliran air dan menahan
·         Partikel-partikel tanah yang terangkut aliran air.
·         Penutupan lahan yang memiliki lereng curam dengan tanaman keras (buffering).
·         Penanaman tanaman secara permanen untuk melindungi tanah dari tiupan angin (wind breaks).
Beberapa metode mekanik yang umum dilakukan sebagai berikut.
·         Pengolahan lahan sejajar garis kontur (contour tillage).
·         Penterasan lahan miring (terracering)
·         Pembuatan pematang (guludan) dan saluran air sejajar garis kontur.
·         Pembuatan cekdam.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar