Senin, 27 April 2015

Dampak Perubahan Iklim Global




Iklim di dunia selalu berubah, baik menurut ruang maupun waktu. Perubahan iklim ini dapat dibedakan berdasarkan wilayahnya (ruang), yaitu perubahan iklim secara lokal dan global. Berdasarkan waktu, iklim dapat berubah dalam bentuk siklus, baik harian, musiman, tahunan, maupun puluhan tahun. Perubahan iklim adalah perubahan unsur-unsur iklim yang mempunyai kecenderungan naik atau turun secara nyata. Berikut adalah dampak perubahan iklim global yang terjadi di bumi
1.    La-nina dan El-nino
El-Nino dan La-Nina adalah fenomena alam pada daerah Pasifik yang menyebabkan terjadinya perubahan cuaca pada daerah sekitar Samudra Pasifik termasuk Indonesia. Di Indonesia El Nino akan berpengaruh pada pendinginan suhu permukaan laut di Indonesia dan sebaliknya.
a.       Proses La-nina
Dalam keadaan normal angin pasat berhembus dari timur melintasi Samudera Pasifik. Hal ini menyebabkan air hangat dari Pasifik tengah terdorong ke arah barat. Air hangat ini terkumpul di sepanjang garis pantai Australia sebelah utara, dan juga mengalir ke perairan Indonesia. Terbentuklah awan di atas air yang hangat ini. Awan-awan ini membawa hujan apabila bergerak di atas Australia dan Indonesia. Dampak yang ditimbulkan oelh La-nina dapat mempengaruhi kehidupan di muka bumi, berikut ini adalah penjelasannya:

Ø Dampak positif
·      Curah hujan yang tinggi dapat mencukupi kapasitas waduk irigasi. Waduk tersebut dapat digunakan oleh manusia untuk mengairi sawahnya
·      Saat La Nina suhu muka laut di barat Samudera Pasifik hingga Indonesia menghangat. Kondisi ini mendorong ikan tuna dari Pasifik timur yang dingin bergerak masuk ke kawasan timur Indonesia. Hal ini karena perairan barat Pasifik diketahui merupakan kawasan yang memiliki kelimpahan ikan tuna tertinggi, mencapai 70 persen stok ikan tuna. Keadaan ersebu secara langsung dapa meningkatkan pendapaan para nelayan di Indonesia.
Ø Dampak negatif
·      Curah hujan yang tinggi dapat menyebabkan laju erosi semakin tinggi, hal ini disebabkan oleh minimnya ruang terbuka hijau  di Indonesia. Kejadian itu akan menyebabkan pendagkalan sungai dan mengakibatkan banjir.
·      Terjadi gagal panen dikarekan banyak sawah yang tergenang banjir. Hal ini menyebabkan pendapatan petani terus mengalami penurunan.
b.      Proses El-nino
El Nino datang mengganggu setiap dua tahun sampai tujuh tahun sekali. Dalam keadaan seperti ini, Samudera Pasifik menjadi hangat, mulai dari Pasifik tengah sampai dengan pantai Peru di Amerika Selatan, tetapi tidak demikian di perairan Australia sebelah utara dan Indonesia. Apabila hal ini terjadi, angin pasat akan melemah dan arahnya berbalik, yakni berhembus dari arah barat ke arah timur. Jadi udara tropis yang lembab tidak terpusat di dekat Benua Australia. Alih-alih udara lembab tersebut terpusat di Samudera Pasifik tengah dan meluas ke timur ke arah Amerika Selatan. Hal ini menyebabkan turunnya hujan di Samudera Pasifik, dan hujan di Australia serta di Indonesia menjadi berkurang dari biasanya.
Ø Dampak positif
Dapat mempercepat produksi yang menggunakan tenaga matahari seperti pembuatan garam dan pemanfaatan tenaga surya untuk penerangan.
Ø Dampak negatif
· El Nino pernah menimbulkan kekeringan panjang di Indonesia. Curah hujan berkurang dan keadaan bertambah menjadi lebih buruk dengan meluasnya kebakaran hutan dan asap yang ditimbulkannya.
· Kekeringan yang berkepanjangan dapat mengganggu proses fotosintesis dan metabolism tanaman.
2.    Green House Effect
Penipisan lapisan ozon terjadi karena atom Chlor pada CFC memecah molekul ozon (O3) di atmosfer. Semakin banyak CFC di atmosfer, maka semakin banyak molekul ozon yang terpecah sehingga menyebabkan terjadinya penipisan lapisan ozon, bahkan sampai berlubang. Peristiwa tersebut membuat panas matahari yang masuk ke bumi tidak bisa dipantulkan kembali ke luar. Akibatnya, panas matahari terperangkap di permukaan bumi. Lapisan ozon sendiri berfungsi untuk menyerap radiasi sinar ultraviolet (UV) yang akan masuk ke bumi. Tipisnya lapisan ozon mengakibatkan radiasi sinar ultraviolet (UV) yang berbahaya lebih banyak masuk ke permukaan bumi. Hal ini berdampak pada meningkatnya kasus penyakit katarak dan kanker kulit, juga merusak hasil panen. Reaksi dari ozon dengan gas hydrocarbon ini dilanjutkan dengan terbentuknya asam nitrat dan asam sulfate yang selanjutnya dapat menimbulkan hujan asam, yang selain membahayakan manusia juga dapat merusak berbagai ekosistem air.
 


3.    Global Warming
Segala sumber energi yang terdapat di Bumi berasal dari Matahari. Sebagian besar energi tersebut berbentuk radiasi gelombang pendek, termasuk cahaya tampak. Ketika energi ini tiba permukaan Bumi, ia berubah dari cahaya menjadi panas yang menghangatkan Bumi. Permukaan Bumi, akan menyerap sebagian panas dan memantulkan kembali sisanya. Sebagian dari panas ini berwujud radiasi infra merah gelombang panjang ke angkasa luar. Namun sebagian panas tetap terperangkap di atmosfer bumi akibat menumpuknya jumlah gas rumah kaca antara lain uap air, karbon dioksida, sulfur dioksida dan metana yang menjadi perangkap gelombang radiasi ini. Gas-gas ini menyerap dan memantulkan kembali radiasi gelombang yang dipancarkan Bumi dan akibatnya panas tersebut akan tersimpan di permukaan Bumi. Keadaan ini terjadi terus menerus sehingga mengakibatkan suhu rata-rata tahunan bumi terus meningkat.  Meningkatnya suhu global diperkirakan akan menyebabkan perubahan-perubahan yang lain seperti naiknya permukaan air laut, meningkatnya intensitas fenomena cuaca yang ekstrem, serta perubahan jumlah dan pola presipitasi.
 
4.  Kekeringan
            Kekeringan adalah keadaan kekurangan pasokan air pada suatu daerah dalam masa yang berkepanjangan (beberapa bulan hingga bertahun-tahun). Biasanya kejadian ini muncul bila suatu wilayah secara terus-menerus mengalami curah hujan di bawah rata-rata. Musim kemarau yang panjang akan menyebabkan kekeringan karena cadangan air tanah akan habis akibat penguapan (evaporasi), transpirasi, ataupun penggunaan lain oleh manusia.
Kekeringan dapat menjadi bencana alam apabila mulai menyebabkan suatu wilayah kehilangan sumber pendapatan akibat gangguan pada pertanian dan ekosistem yang ditimbulkannya. Dampak ekonomi dan ekologi kekeringan merupakan suatu proses sehingga batasan kekeringan dalam setiap bidang dapat berbeda-beda. Namun, suatu kekeringan yang singkat tetapi intensif dapat pula menyebabkan kerusakan yang signifikan.
      
5.  Badai
Dalam meteorologi, siklon tropis (angin puyuh, badai tropis, taifun, atau angin ribut tergantung pada daerah dan kekuatannya). Siklon tropis dapat terbentuk dengan persyaratan berikut ini:
-.   Suhu permukaan laut sekurang-kurangnya 26.5 C hingga ke kedalaman 60 meter
-.   Kondisi atmosfer yang tidak stabil yang memungkinkan terbentuknya awan Cumulonimbus. Awan-awan ini, yang merupakan awan-awan guntur, dan merupakan penanda wilayah konvektif kuat, adalah penting dalam perkembangan siklon tropis.
-.   Atmosfer yang relatif lembab di ketinggian sekitar 5 km. Ketinggian ini merupakan atmosfer paras menengah, yang apabila dalam keadaan kering tidak dapat mendukung bagi perkembangan aktivitas badai guntur di dalam siklon.
-.   Berada pada jarak setidaknya sekitar 500 km dari katulistiwa. Meskipun memungkinkan, siklon jarang terbentuk di dekat ekuator.
-.   Gangguan atmosfer di dekat permukaan bumi berupa angin yang berpusar yang disertai dengan pumpunan angin.
-.   Perubahan kondisi angin terhadap ketinggian tidak terlalu besar. Perubahan kondisi angin yang besar akan mengacaukan proses perkembangan badai guntur.
-.   Unsur-unsur dari siklon tropis meliputi kecaburan cuaca yang telah ada, samudra tropis hangat, lengas (uap lembap), dan angin ringan tinggi relatif. Jika kondisi yang tepat berkuat cukup lama, mereka dapat bertautan untuk menghasilkan angin sengit, ombak luar biasa, hujan amat deras, dan banjir berdampingan dengan fenomena ini.
          
6.  MJO (Madden Julian Oscillation)
Adalah fluktuasi musimaman atau gelombang atmosfer yang terjadi di kawasan tropis. MJO berkaitan dengan variabel cuaca penting di permukaan maupun lautan pada lapisan atas dan bawah. MJO mempunyai siklus 30-60 harian. MJO dalam pengertian awam bisa didefinisikan dengan istilah penambahan gugusan uap air yang menyuplai dalam pembentukan awan hujan.

7.  Dipole Mode
Adalah fenomena Interaksi laut-atmosfer di Samudera Hindia yang dihitung dari perbedaan nilai (selisih) antara anomaly suhu muka laut perairan pantai timur Afrika dengan perairan di sebelah barat Sumatra. Pada saat Dipole mode Indeks Positif, maka kandungan uap air di sekitar wilayah Sumatra sedikit sehingga curah hujan di wilayah tersebut cenderung berkurang. Pada saat Dipole mode Indeks Negatif, maka kandungan uap air di sekitar wilayah Sumatra akan banyak sehingga curah hujan di wilayah tersebut akan bertambah.
Sumber :
Anjayani, Eni. 2009. Geografi untuk Kelas X SMA/MA. Jakarta : Pusat Perbukuan Depdiknas.
Hestiyanto, Yusman. 2005.Geografi 1 SMA Kelas X. Jakarta : Yudhistira.
Wardiyatmoko, K. 2013. Geografi untuk SMA/MA Kelas X. Jakarta : Erlangga




Gambar bersumber dari internet dan dokumentasi pribadi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar