Pembekalan SM3T di lanal AU Malang sudah berlangsung selama 12 hari. Dan
hari ini adalah penentuan penempatan tugas. Semacam dag dig dug juga ketika
disuruh ke lapangan dan mencari nama nama kita di antara pohon pohon.300
peserta langsung berhambur keluar ruangan karena penasaran dengan tempat tugas,
termasuk saya. Banyak dari teman teman yang lari ke lapangan sebelah kanan,
daripada berjejal saya memutuskan utuk berlari ke lapangan sebelah kiri. Dadaku
berdebar, pikiranku tak karuan. Berharap dapat penempatan di daerah yang ndak
terlalu berbahaya. Tak lama kemudian, oh my God....namaku tercantum diurutan ke
25 dengan penempatan Kabupaten Pegunungan Bintang. Provinsi Papua...Hello... ini daerah mana?
Kugunakan segala cara untuk mengenal daerah yang akan menjadi tempat
pengabdianku selama satu tahun. Dan inilah kabupaten di perbatasan timur
Indonesia ini.
terletak di jalur Pegunungan tengah deretan Pegunungan Sirkum
Pasifik Propinsi Papua. Terletak di selatan Pegunungan Mandala. Kabupaten
dengan panorama alam mempesona yang masih asli, penuh dengan keindahan eksotik
khas hutan belantara. Pegunungan yang menjulang tinggi dan hamparan hutan yang
luas menghiasi alam di Pegunungan Bintang. 90% wilayahnya berupa gunung dan
merupakan bagian dari deretan pegunungan Puncak Mandala. Kaya akan sumber daya,
dengan keragaman kesenian tradisional dan memiliki legenda yang menarik.
Kabupaten
Pegunungan Bintang adalah salah satu Kabupaten dan langsung berbatasan dengan
Negara Papua Nugini. Secara geografis Kabupatn Pegunungan Bintang terletak
diantara 140005 - 1410 BT dan 3004-5020
LS dengan luas wilayah 15.683 km2. Kabupaten Pegunungan Bintang
terdapat 34 Distrik (Kecamatan) dan 277 Desa/Kampung. Kabupaten
Pegunungan Bintang merupakan salah satu hasil
pemekaran dari Kabupaten Jayawijaya yang resmi memecahkan diri sejak
tahun 2010. Ibukota Kabupaten Pegunungan Bintang bernama Oksibil.Sebelah utaranya berbatasan dengan Kabupaten
Jayapura dan Kabupaten Keerom, sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten
Yahukimo, dan sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Boven Digul.
Topografi daerahnya sebagian besar berupa pegunungan.
Kabupaten ini beribukota di
Oksibil yang terletak di ketinggian 1400 mdpl, jadi dingiiin sekali. Tidak
jarang kalo pagi dan sore hari, Oksibil diselimuti kabut, jadi mirip lagunya artis
Katon Bagaskara “Negeri di Awan”. Jika kita jalan-jalan ke Oksibil, kita akan
banyak menemukan ceruk/cekungan-cekungan dengan dasarnya berisi air, jadi
seperti waduk penampung air hujan alami. Konon katanya nama pegunungan bintang
diambil karena banyaknya ceruk di sana. Pasti kalian bertanya-tanya, “apa
hubungannya?”. Akibat efek dari pantulan sinar matahari, ceruk-ceruk berisi air
ini jika dilihat dari atas pesawat terlihat berkilauan seperti bintang. Karena
letaknya di pegunungan dan banyak terdapat kilauan bintang itulah makanya
disebut pegunungan bintang.
Untuk mencapai Oksibil tidak ada jalan lain selain dengan pesawat, atau
kalau mau jalan kaki juga silakan. Paling cuma 1 sampai 2 bulan perjalanan,
dengan naik turun gunung, menyeberangi sungai, dan resiko dipatuk ular. Itupun
jika tau jalan. Jangan berharap bisa google map, karena signal ndak ada sama
sekali. Jangan lupa bawa alat perlindungan diri, karena kita ndak tau bahaya
apa yang mengintai di depan. Yang pasti di hutan belantara masih banyak suku
suku terasing yang belum terekspos oleh dunia luar. Bagi yang pernah nonton
film “lost in Papua”, mungkin ada gambaran. Tapi ndak semenyeramkan itu kok.
Walau film itu ndak 100 % salah.Satu yang pasti kalo kalian nonton on the spot
besutan salah satu TV swasta di Indonesia ada episode yang berjudul suku
kanibalisme di dunia, dan Pegunungan Bintang pernah masuk di dalamnya... Hehehe.
Itu dulu.....
Balik lagi ke pesawat, dari Jayapura ke Oksibil kita bisa naik pesawat
jenis ATR berkapasitas penumpang tigapuluhan milik Trigana Air, atau dengan
pesawat kecil jenis pilatus berkapasitas 7 penumpang, atau bisa juga dengan pesawat jenis caravan
berkapasitas 13 orang. Pesawat-pesawat kecil jenis caravan dan pilatus ini
biasanya dioperasikan oleh Maskapai Susi Air dan maskapai-maskapai
yayasan keagamaan, seperti AMA dan MAF. Jika naik pesawat model macam ini,
jangan pernah kaget kalo kalian naik dengan makhluk hidup selain manusia. Lha
kok?walo pesawat komersil, masih banyak nyamuk yang ikut terbang dalam pesawat.
Ndak salah kalo kemudian Papua sebagai salah satu daerah endemik penyebaran
penyakit malaria. Selain nyamuk, hewan yang mungkin kalian jumpai adalah ayam,
babi, anjing dan lainnya..ada ada saja yaa..
Rombongan SM3T dibagi menjadi 2
kloter karena keterbatasan jumlah pesawat. Kebetulan sekali saya kebagian
kloter pertama. Alamat bakal menikmati pemandangan tempat baru lebih lama. Perjalanan
dari Jayapura menuju Oksibil menempuh waktu kurang lebih satu jam. Bagi yang
pertama kali naik pesawat, siap siap senam jantung karena bakal sering nabrak
awan. Maklum Oksibil termasuk ibukota kabupaten yang terletak di ketinggian
diatas 2000mdpl. Ketika menengok ke bawah jangan berharap melihat bangunan
tinggi atau apalah. Yang nampak hanyalah hutan belantara yang masih perawan.
Ngomongin pembangunan..Mungkin karena akses ke sana yang hanya bisa ditempuh
dengan pesawat menjadi alasan lamanya pembangunan daerah, seperti halnya
kabupaten-kabupaten lain di Papua bagian tengah. Tapi kalau dipikir-pikir dana
dari pusat yang turun ke kabupaten ini juga fantastis, lalu kenapa masih tertinggal
ya?? jadi apa yang salah??Dah ah, malah ngelantur kemana-mana, biar jadi PR
bapak dan ibu pejabat di Jakarta.
Sebelum di sebar ke distrik tempat penugasan, kita dikasih kesempatan untuk
mengenal ibukota kabupaten selama semingguan. Jika saya mendeskripsikan seperti
apa Oksibil, maka saya akan bilang seperti sebuah desa sedikit terpencil kalau
di Jawa. Tidak banyak mobil berlalu-lalang, tidak ada lampu lalu-lintas, tidak ada
mall, sepi deh pokoknya. Di sana cuma ada dua penginapan, dengan tarif sekitar
350 ribu rupiah per malam. Amazing banget. Untungnya kita merupakan tamu
kehormatan, jadi untuk urusan biaya sudah ditanggung sama pemkab, senangnya. Kita
diberikan tempat menginap di dekat bandara. Namanya susteran. Hari pertama kita
dibebaskan untuk jalan jalan dan keliling kota. Bingung juga mau kemana. Perlu
penyesuaian mata, karena yang dilihat kebanyakan mama mama berambut keriting
dengan pinang dimulut, belum lagi anak anak, remaja dan bahkan ada orang tua
yang ingusan. Ah sudahlah. Mungkin karena suhu yang dingin buanget, makanya
banyak yang pilek. Itulah kesimpulan sementara yang ku dapat. Untuk air,
Oksibil sedikit kering. Air di susteran di ambil dari sungai di samping
bandara. Jangan harap ada shower air panas ya, siap-siap aja menggigil, ato
kalo gak mau mandi juga gak apa-apa, gak kringetan juga kok. Kalo mau makan, di
sana tidak banyak pilihan, kalo gak salah cuma ada tiga warung yang lumayan
besar untuk ukuran di sana. Dan yang pasti harga makanan di sana sangat mahal,
satu porsi soto lamangan harganya antara Rp 85.000,- sampai Rp 120.000,- per
september 2013. Amazing banget to.. :)
Bagi yang punya hobbi travelling dan
berniat kesana, saya sarankan buat berfikir dahulu. Kenapa? destinasi wisata
atau tidak, itu tergantung cara pandang kita. Yang pasti di Pegunungan Bintang
banyak gunung, hutan dan sungai. Kalo menjelajah hutan dianggap sebagai
kegiatan wisata ya silakan, tapi kalo dianggap sebagai kegiatan adventure ya
silakan juga. Yang pasti tidak ada obyek wisata yang dikelola khusus oleh
pemerintah maupun dijadikan tujuan wisata para pelancong. Sempat melakukan
dialog dengan Bupati disana bapak Drs. Wellintong L. Wenda yang menyambut kita dengan air mata. Intinya beliau sangat welcome dengan
kedatangan kita. Beliau bercerita bahwaKabupaten ini masih baru, butuh
pembangunan di segala bidang. Dan pendidikan adalah tiangnya. Sungguh sambutan
dari pak Bupati yang menyayat hati. Dalam hati aku bertekad, semoga setahun
keberadaanku disini bisa melakukan perubahan yang lebih baik untuk kabupaten
Pegunungan Bintang. Itu janjiku.
Di kabupaten ini
ada 34 distrik, Koordinator SM3T pak Lay Gaza mengatakan teman teman dari
program SM3T akan ditempatkan di 6 distrik terbaik. Yaitu distrik Okbab,
distrik Okbibab, distrik Iwur, distrik Okaom, distrik Kiwirok dan distrik
Borme. Di kesempatan yang sama aku dapat kabar bahwa tempat tugasku selama
setahun ke depan adalah di distrik Okbibab bersama 6 teman lain. Farid Dinar K
dari jurusan BK, Oscardin Nicolaus N dari jurusan Olahraga, Andriawan Rahmad H
dari Sejarah, Khurin’in dan Lukhi RDS dari PGSD, Nefi R dari HKn dan saya
sendiri dari jurusan Geografi. Aku mendapat tugas untuk mengajar di SMAN
Okbibab bersama pak Farid.
Distrik Okbibab?
Mana lagi itu? Di kesempatan lain aku akan menceritakannya.Itulah sedikit gambaran tentang Kabupaten Pegunungan Bintang, salah satu
kabupaten di daerah pegunungan tengah papua yang ekstrim dan masih tertinggal.
Semoga dengan sedikit gambaran ini dapat memberikan pengetahuan bagi kita
semua, khususnya pemerintah yang memiliki wewenang kebijakan bahwa masih ada
kabupaten di Indonesia yang memerlukan perhatian lebih untuk kemajuan negeri
ini. Ingat Pegunungan Bintang adalah kabupaten terdepan bagian timur yang
berbatasan langsung dengan negara lain. Kabupaten yang menjadi pagar betis
pertahanan pertama negeri ini
dengan penuh cinta, agustus 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar