PEDOSFER
Pedosfer atau
tanah adalah lapisan kulit bumi yang tipis terletak di bagian paling atas
permukaan bumi. Pembentukan tanah di Indonesia beraneka
ragam, baik oleh gunung api, pelapukan, erosi, dan pengendapan sehingga
menghasilkan jenis tanah yang beraneka ragam pula.
A.
Proses pembentuk tanah
Ada beberapa
faktor penting yang mempengaruhi proses pembentukan tanah, antara lain iklim,
organisme, bahan induk, topografi, dan waktu.
1) Iklim
Unsur-unsur iklim yang mempengaruhi proses
pembentukan tanah terutama ada dua, yaitu suhu dan curah hujan.
· Suhu/Temperatur
Suhu berpengaruh terhadap proses pelapukan
bahan induk. Apabila suhu tinggi, maka proses pelapukan akan berlangsung cepat
sehingga pembentukan tanah akan cepat pula.
· Curah hujan
Curah hujan berpengaruh terhadap kekuatan
erosi dan pencucian tanah, sedangkan pencucian tanah yang cepat menyebabkan
tanah menjadi asam (pH tanah menjadi rendah).
2) Organisme (vegetasi dan jasad renik)
· membantu proses pelapukan baik
pelapukan organik maupun pelapukan kimiawi.
· membantu proses pembentukan humus
· jenis vegetasi berpengaruh pada
sifat-sifat tanah
· kandungan unsur kimia yang terdapat
pada tanaman berpengaruh terhadap sifat-sifat tanah
3) Bahan induk
terdiri dari batuan vulkanik, batuan beku,
batuan sedimen dan metamorf. Batuan induk itu akan hancur menjadi bahan induk,
kemudian akan mengalami pelapukan dan menjadi tanah.
4) Topografi/relief
Keadaan relief
suatu daerah akan mempengaruhi tebal atau tipisnya lapisan tanah dan sistem
drainase/pengaliran.
5) Waktu
Tanah
merupakan benda alam yang terus menerus berubah, akibat pelapukan dan pencucian
yang terus menerus. Oleh karena itu tanah akan menjadi semakin tua dan kurus.
Mineral yang banyak mengandung unsur hara telah habis mengalami pelapukan
sehingga tinggal mineral yang sukar lapuk seperti kuarsa.
B.
Ciri-ciri tanah
1) Sifat fisik
tanah
· Tekstur Tanah
yaitu
perbandingan relatif berbagai golongan besar partikel tanah dalam suatu
terutama perbandingan antara fraksi-fraksi seperti pasir, debu, dan lempung. Misalnya tanah di dekat pantai cenderung bertekstur pasir. Jika partikel lempung, pasir dan debu
sama disebut tanah geluh.
Klasifikasi tekstur tanah yaitu sebagai berikut
Untuk menentukan jenis tekstur tanah dapat dilakukan
dengan uji langsung maupun uji laboratorium. Uji langsung dilakukan dengan
meremas (memilin-milin) sampel tanah dalam keadaan basah, sedang uji
laboratorium dimaksudkan untuk memperoleh nilai persentase tekstur.
Nilai ini
kemudian dicocokkan dengan segitiga tekstur seperti gambar sebagai berikut.
· Struktur tanah
adalah cara pengikatan butir-butir tanah yang
satu terhadap yg lain. Struktur tanah memiliki bentuk yang berbeda-beda yaitu
sebagai berikut.
1.
Lempeng
(Platy), ditemukan di horizon A.
2.
Prisma
(Prosmatic), ditemukan di horizon B pada daerah iklim kering.
3.
Tiang
(Columnar), ditemukan di horizon B pada daerah iklim kering.
4.
Gumpal
bersudut (Angular blocky), ditemukan pada horizon B pada daerah iklim
basah.
5.
Gumpal
membulat (Sub angular blocky), ditemukan pada horizon B
7.
Granuler
(Granular), ditemukan pada horizon A.
8.
Remah (Crumb), ditemukan pada horizon
A.
· Permeabilitas tanah
yaitu kecepatan air
meresap ke dalam tanah melalui pori-pori
baik ke arah vertikal maupun horizontal. Cepat tidaknya permeabilitas ini ditentukan oleh tekstur tanah. Semakin
kasar tekstur tanah, semakin cepat air merember, begitu pula sebaliknya.
· Konsistensi tanah
adalah sifat
fisik tanah yang menyatakan besar kecilnya gaya kohesi dan adhesi dalam
berbagai kelembapan. Konsistensi tanah dapat kamu
ketahui dengan mencoba memecah
tanah tersebut, apabila sulit dipecah berarti bahwa tanah
mempunyai konsistensi yang kuat.
· Lengas tanah
Pada musim kemarau, musim memanen palawija antara lain
bawang, kacang, ketela, dan sebagainya. Ladang yang kelihatannya kering itu
ternyata ada gumpal tanah yang melekat pada buah kacang atau bawang dan tanah
masih lembap. Kelembapan inilah yang disebut lengas tanah.
· Warna tanah
Warna tanah yang bermacam-macam, ada yang berwarna
cokelat, merah, dan kuning. Hal ini salah satunya dipengaruhi oleh tingginya
kandungan bahan organik di dalamnya. Warna tanah pada pegunungan vulkanik
berbeda dengan warna tanah pada pegunungan kapur. Semakin tinggi kandungan bahan organik berarti warna tanah cenderung semakin gelap.
· Porositas
Tanah dikatakan bersifat porous apabila
mudah atau cepat meresapkan air. Berarti tanah tersebut mempunyai pori-pori
besar yang dominan, misalnya tanah pasir. Dengan demikian, porositas merupakan
persentase volume pori yang ada di dalam tanah dibanding volume massa tanah.
· Drainase tanah
Drainase tanah merupakan kemampuan tanah mengalirkan dan
mengatuskan kelebihan air, baik air tanah dalam maupun pada air permukaan. Pada
tanah dengan drainase yang buruk, air akan cenderung menggenang. Penanganan
sifat drainase yang buruk sering dilakukan dengan membangun selokan.
2) Sifat kimia
tanah
Tanah punya
sifat kimia yang berbeda-beda. Penentu sifat kimia tanah antara lain kandungan
bahan organik, unsur hara, dan pH tanah. Hal ini karena pada
dasarnya tanah merupakan campuran dari bahan material batuan yang telah lapuk
(nonorganik), organik (sisa tanaman/organisme), mikroorganisme, udara dan air.
3) Sifat biologi
tanah
Tanah sebagai
tempat tumbuhnya tanaman dan hidupnya organisme di dalamnya. Misalnya keberadaan cacing tanah dapat meningkatkan unsur nitrogen,
fosfor, kalium & kalsium sehingga tanah jadi subur. Lubang yang ditiggalkan cacing dapat
memudahkan drainase tanah.
4) Profil tanah
adalah susunan
tanah berdasarkan lapisan-lapisan tertentu yang menunjukkan tingkat kepadatan,
ketebalan, warna dan tekstur yang berbeda-beda. Lapisan tanah itu dinamakan
horizon.
· Horison O
Lapisan
teratas, berupa tanah muda, mengandung banyak bahan organik karena merupa-kan zone perakaran dan tempat
organisme & mikroorganisme tanah
berada.
·
Horison A
terdiri atas campuran
bahan organik dan bahan mineral. Horizon A merupakan horizon yang mengalami pencucian.
· Horison B
merupakan zone
akumulasi (tempat diendapkannya mineral dari horizon A)
· Horison C
tersusun atas bahan induk yang sudah mengalami sedikit
pelapukan dan bersifat tidak subur.
·
Horizon D
terdiri dari lapisan batuan induk yang belum
melapuk.
Jenis - jenis Tanah Menurut Sistem Pusat Penelitian
Tanah
Nama - nama
tanah dalam tingkat jenis dan macam tanah dalam sistem Pusat Penelitian Tanah
yang disempurnakan sangat mirip dengan sistem FAO/UNESCO.
Walapun
demikian nama - nama lama yang sudah terkenal tetap dipertahankan, tetapi menggunakan
definisi - definisi baru.
Padanan
nama Tanah menurut berbagai Sistem Klasifikasi (disederhanakan)
Nama - nama
tanah dan definisnya yang disederhanakan :
·
Organosol : Tanah organik (gambut) yang tebalnya
lebih dari 50 cm.
·
Litosol : Tanah mineral yang tebalnya 20 cm atau
kurang. Di bawahnya terdapat batuan keras yang padu.
·
Rendzina : Tanah dengan epipedon mollik (warna
gelap, kandungan bahan organik lebih 1 %, kejenuhan basa lebih 50 %, dibawahnya
terdiri dari batuan kapur.
·
Grumusol: Tanah dengan kadar liat lebih dari 30 %
bersifat mengembang dan mengkerut. Kalau musim kering tanah keras dan
retak-retak karena mengkerut, kalau basah lengket (mengembang).
·
Gleisol : Tanah yang selalu jenuh air sehingga
berwarna kelabu atau menunjukkan sifat-sifat hidromor fik lain.
·
Aluvial : Tanah berasal dari endapan baru,
berlapis-lapis, bahan organic jumlahnya berubah tidak teratur dengan kedalaman.
Hanya terdapat epipedon ochrik, histik atau sulfurik, kandungan pasir kurang
dari 60 %.
·
Arenosol : Tanah berstektur kasar dari bahan albik
yang terdapat pada kedalaman sekurang-kurangnya 50 cm dari permukaan atau
memperlihatkan ciri-ciri mirip horison argilik, kambik atau oksik, tetapi tidak
memenuhi syarat karena tekstur teralu kasar. Tidak mempunyai horison penciri
kecuali epipedon ochrik.
·
Andosol : Tanah - tanah yang umumnya berwarna hitam
(epipedon mollik atau umbrik dan mempunyai horison kambik; bulk density)
kerapatan lindak kurang dari 0.85 gr/cm3; banyak mengandung bahan amorf, atau
lebih dari 60 % terdiri dari abu
vuklanik vitrik, cinders, atau bahan pryroklasik lain.
·
Latosol : Tanah dengan kadar liat lebih dari 60 %,
remah sampai gumpal, gembur, warna seragam dengan batas - batas horison yang
kabur, solum dalam (lebih dari 150cm),
kejenuhan basa kurang dari 50 %, umumnya mempunyai epipedon umbrik dan horison
kambik.
·
Brunizem : Seperti Latosol, tetapi kejenuhan basa
lebih dari 50 %.
·
Kambisol : Tanah dengan horison kambik, atau
epipedon umbrik, atau mollik. Tidak ada gejala -gejala hidromorfik (pengaruh
air).
·
Nitosol : Tanah dengan penumbunan liat (horison
argilik). Dari horizon penimbunan liat maksimum ke horizon -horison dibawahnya,
kadar liat kurang dari 20 %. Mempunyai sifat ortosik (Kapasitas Tukar Kation
kurang dari 24 me/100 gr liat).
·
Podsolik : Tanah dengan horison penimbunan liat
(horison argilik), dan kejenuhan basa kurang dari 50 %. Tidak mempunyai horison
albik.
·
Mediteran : Seperti tanah Podsolik mempunyai
horison argilik tetapi kejenuhan basa lebih dari 50 %.
·
Planosol : Tanah dengan horison albik yang terletak
di atas horison dengan permeabilitas lambat (misalnya horison argilik atau
natrik yang memperlihatkan perubahan tekstur nyata, adanya liat berat atau
pragipan, dan memperlihatkan ciri - ciri hidromorfik sekurang -kurangnya pada sebagaian dari horison albik.
·
Podsol : Tanah hosison penimbunan besi, Al oksida
dan bahan oraganik (=horison spodik). Mempunyai horison albik.
·
Oksisol : Tanah dengan pelapukan lanjut dan
mempunyai horison oksik, yaitu horison dengan kandungan mineral mudah lapuk
rendah, fraksi liat dengan aktifitas rendah, Kapasitas Tukar Kation rendah
(kurang dari 16 me/100 gr liat). Tanah ini juga mempunyai batas - batas horison
yang tidak jelas
Pada proses erosi, massa batuan diuraikan dan
dipindahkan dengan bantuan air, angin, es, maupun tenaga gravitasi.
Air hujan menjadi salah satu tenaga erosi.
Hujan turun mengenai permukaan bumi yang beraneka ragam. Pada permukaan yang
tidak bervegetasi, air jatuh ke permukaan tanah dan mampu mengikis tanah.
Sedangkan pada tanah yang bervegetasi air dapat tersimpan di bagian2 vegetasi,
misalnya akar tanaman.
Gambar di samping memperlihatkan
kondisi topografi yang bervariasi. Bagian B dan C, mempunyai kemiringan
lerengyang curam, air hujan yang turun memiliki kekuatan yang tinggi
untuk mengalir ke bawah, dan mengikis permukaan tanah. Turunnya air ke bawah
juga dipengaruhi oleh gaya gravitasi. Pada lereng yang curam, air tidak banyak
berinfiltrasi, air hujan akan menjadi aliran permukaan. Pada bagian D banyak
berlangsung deposisi, karena merupakan daerah pengendapan materi dari lereng
atas.
Jenis erosi :
a. Erosi permukaan, yaitu hilangnya lapisan tanah terjadinya karena adanya tenaga dari air
atau gletser sehingga melarutkan lapisan tanahnya
b. Erosi percik, yaitu erosi yang terjadi karena percikan air hujan pada tanah atau batuan
c. Erosi lembar.
Pada erosi ini memecah partikel
tanah pada lapisan tanah yang hampir seragam, sehingga erosi ini menghasilkan
kenampakan yang seragam.
d. Erosi alur
Erosi
ini menghasilkan alur-alur yang mempunyai kedalaman kurang dari 30 cm dan lebar
kurang dari 50 cm.
e. Erosi Parit (Gully Erosion)
Erosi yang menghasilkan alur-alur yang
mempunyai kedalaman lebih dari 30 cm dan lebar lebih dari 50 cm.
Kerusakan Tanah dan Dampaknya bagi Kehidupan
a.
Erosi
Pengikisan
yang terjadi membuat materi tanah terlarut hingga akhirnya tanah kehilangan
unsur haranya. Akibatnya, tanah akan kehilangan kesuburannya. Tidak hanya itu,
terkikisnya lapisan tanah menyebabkan rusaknya struktur tanah, hingga kemampuan menyerap air
menjadiberkurang. Dampak erosi tidak hanya akan dirasakan oleh tempat di
sekitar terjadinya erosi, tetapi juga wilayah yang menjadi daerah pengendapan hasil
erosi. Sedimentasi di sungai mengakibatkan menurunnya daya tampung sungai.
Aliran air sungai yang membawa material terlarut akan menjadi keruh. Kekeruhan memengaruhi daya
tembus sinar matahari ke dalam sungai. Jika air keruh, sinar matahari tidak
lagi mampu menembus air sungai. Sementara itu, di sungai terdapat berbagai
organisme yang memerlukan sinar matahari untuk menunjang kehidupannya.
b.
Penggundulan Hutan
Salah
satu penyebab penggundulan hutan adalah perubahan fungsi lahan hutan menjadi
permukiman. Selain itu, penyebab lain adalah perladangan berpindah dan
kepentingan ekonomi. Karena kayu dan hasil hutan merupakan komoditas ekspor
yang bernilai tinggi, maka penebangan hutan menjadi marak dan tidak terkendali
lagi. Akibat hutan gundul, satwa liar akan kehilangan habitatnya hingga
akhirnya untuk mempertahankan hidup sulit. . Selain itu, fungsi hutan yang
selama ini sebagai paru-paru dunia dan penyimpan cadangan air akan hilang.
c.
Polusi
Polusi
tidak hanya terjadi di udara, tetapi juga di tanah dan air. Polusi disebabkan
pembuangan limbah, baik itu limbah industri ataupun limbah rumah tangga ke
dalam tanah, air, dan udara.
d.
Kebakaran Hutan
Kebakaran
hutan menyebabkan menyebabkan penurunan biomas di dalam tanah, sehingga
produktivitas tanah menurun. Selain itu, kebakaran hutan juga akan meningkatkan
erosi tanah.
e.
Eksploitasi Tambang yang Berlebihan
Bahan-bahan
tambang seperti emas, tembaga, dan bahan galian C (pasir dan batu) dimanfaatkan
untuk memenuhi kebutuhan manusia. Eksploitasi bahan-bahan tambang yang
berlebihan, tanpa memerhatikan
lingkungan akan berdampak negatif di kemudian hari. Lahan yang telah ditambang
akan meninggalkan lubang-lubang yang mengangga di muka Bumi. Kerusakan
lingkungan yang berupa
kesuburan tanah hilang dan perubahan topografi banyak ditemukan pada lahan
tambang. Selain itu,
Kerusakan tanah juga disebabkan adanya Proses Kimiawi maupun kimiawi Air Hujan,
tanah Longsor, terkumpulnya Garam di Daerah Perakaran (Salinisasi), maupun
akibat dari Penjenuhan Tanah oleh Air (Waterlogging).
Upaya Penanggulangan Kerusakan Tanah
a.
Mengendalikan Erosi
Banyaknya tanah yang tererosi ditentukan oleh faktor curah hujan,
erodibilitas tanah, kemiringan
dan panjang lereng, tanaman penutup, pengelolaan lahan, serta praktik
konservasi. Dengan mengendalikan faktor-faktor penyebab erosi tersebut, maka
erosi tanah dapat dicegah atau dikurangi. Dari seluruh faktor erosi tersebut
kecuali curah hujan, dapat dipengaruhi atau dikendalikan oleh manusia, seperti mengurangi
panjang dan kemiringan lereng, menanami lahan dengan tanaman penutup, dan
melakukan pengelolaan lahan. Kegiatan tersebut merupakan bagian dari
praktik konservasi.
b. Mengawetkan Tanah
Tanah dapat mengalami penurunan kesuburan sehingga berpengaruh
terhadap tumbuhnya tanaman. Untuk mempertahankan tingkat kesuburan tanah maka
perlu usaha pengawetan atau konservasi. Cara pengawetan tanah secara garis
besar dapat dibedakan menjadi dua, yaitu dengan metode vegetatif dan metode
mekanik.
Metode
vegetatif dapat dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut.
·
Penanaman
tanaman secara berjalur tegak lurus terhadap arah aliran (strip cropping).
·
Penanaman
tanaman secara berjalur sejajar garis kontur (contour strip cropping). Cara
penanaman ini bertujuan untuk mengurangi atau menahan kecepatan aliran air dan
menahan
·
Partikel-partikel
tanah yang terangkut aliran air.
·
Penutupan
lahan yang memiliki lereng curam dengan tanaman keras (buffering).
·
Penanaman
tanaman secara permanen untuk melindungi tanah dari tiupan angin (wind breaks).
Beberapa
metode mekanik yang umum dilakukan sebagai berikut.
·
Pengolahan
lahan sejajar garis kontur (contour tillage).
·
Penterasan
lahan miring (terracering)
·
Pembuatan
pematang (guludan) dan saluran air sejajar garis kontur.
·
Pembuatan
cekdam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar