Rabu, 05 November 2014

Perantauan

dalam perantauan yang jauh
aku melihat bumi berputar
degradasi moral membabi buta
menghiasi pojok keterbelakangan
menggelontorinya dengan dupa ke tidak tahuan
dan akhirnya menenggelamkan dalam kehampaan
apakah makna hidup itu?

lalu ku dengar dendang lagu pujian
bersama pukulan dari tangkai rotan
tifa yang membabi buta dengan angkuhnya
teriakan mirip burung yang mengiris jiwa
suara dioper dari siulan satu ke yang lain
dilempar tepukan dari tangan ke tangan
dan baju noken yg terkibar angin
indah, dengan segala keterbatasannya


bersama anak anak tak berbaju disana
minum air dari labu panjang yang dilubang
mulut menjadi merah seperti darah
ludah mengitam di bibir
ingus meleleh di bawah hidung
dengan perut buncit yg menggoda qolbu
sunggu...ada ketimpangan naruni disini

saat q injak bumi lain yang lebih mulia
ku ingin teriak pada dunia
tak semua orang dibumi ini sejahtera
ada kemirisan yang melanda
bahwa keadilan belum merata

buka mata....berbuatlah sesuatu yang berrti
untuk mereka yang tak punya


mengenang kisa perantauan q di tanah papua
dalam penantian...
10.18 WIB
13/10/2014
* foto diambil penulis di kampung oktanglap, distrik Okbibab Kab. Pegunungan Bintang. Papua

Tidak ada komentar:

Posting Komentar