Distrik Okbibab berada disebelah utara ibukota kabupaten Pegunungan Bintang. Distrik Okbibab merupakan distrik tertua di kabupaten di Kabupaten Pegunungan Bintang. Ibukota distrik okbibab yaitu Abmisibil. Pada tahun 2014 merupakan umur emas bagi Distrik Okbibab, karena Distrik Okbibab tepat berusia 50 tahun. Ibu Kota Distrik Okbibab adalah Abmisibil.
Batas
wilayah Distrik Okbibab adalah sebagai berikut:
Sebelah Utara : Distrik Aboy
Sebelah Selatan : Distrik Oksibil
Sebelah Barat : Distrik Borme
Sebelah Timur : Distrik Kiwirok
Distrik Okbibab terdiri dari 8 kampung yaitu
sebagai berikut:
2. Manunggal
3. Atolbol
4. Okbifisil
5. Oktanglap
6. Oksemar
7. Iriding
8. Abmifisil
Sarana transportasi utama untuk menuju ke Distrik Okbibab hanya
dengan kendaraan udara (pesawat). Jalan darat yang dapat dilalui hanya dengan
jalan kaki, karena hanya jalan setapak saja yang tersedia. Di daerah Abmisibil
beriklim tropis, dengan dua musim yaitu musim kemarau dan musim penghujan.
Kedua musim tersebut sulit diprediksi karena hujan yang tidak menentu dan bisa
datang setiap saat. Suhu berkisar antara 100 C sampai dengan 200
C. pada malam hari angin berhembus dari pegunungan kearah lembah, sehingga
udara di malam hari terasa sangat dingin. Topografi distrik okbibab yaitu
jajaran gunung yang menjulang tinggi berkisar 3700 mdpl. Udaranya sangat dingin
terlebih bila mendekati bulan purnama.
Kondisi Distrik Okbibab jauh lebih baik dari
pada Distrik yang lain, karena Distrik Okbibab merupakan Distrik tertua. Di
Abmisibil penerangan listrik dari tenaga air sudah tersedia 24 jam, air bersih
dan air dari sumber mata air sudah ada, dan telekomunikasi melalui telephon satelit
serta SSB. perlu waspada ketika hujan turun dengan deras, hal ini menyebabkan perputaran kincir yang menggerakkan generator terganggu. yang terjadi biasanya listrik padam. kebutuhan vital di Abmisibil yang kurang hanya signal.
Dari kondisi ekonomi, masyarakat mayoritas dalam golongan menengah
ke bawah. Mayoritas dari
penduduk Okbibab bermata pencaharian sebagai petani, mereka mengolah sumber
daya alam yang ada disekitar kampung.
Tanaman yang banyak terdapat didaerah ini adalah boneng yaitu sebutan
untuk ubi. Mereka bercocok tanam dengan cara yang masih tradisional.
Selain
sebagai petani penduduk Okbibab juga memanfaatkan air yang melimpah dengan
membuat kolam-kolam ikan. Ikan yang dibudidayakan antara lain ikan nila dan
ikan mas. Cara pengelolaannyapun juga masih sangat sederhana sehingga hasil
yang didapat tidak begitu maksimal. Mengenai pemasaran hasil ikan juga belum
begitu luas sampai keluar daerah, rata-rata mereka menjual hasil ikan serta
hasil kebun hanya disekitar kampung saja. Namun
terdapat juga sebagian anggota keluarga merupakan pejabat penting pemerintahan.
Masyarakat yang termasuk golongan menengah keatas biasanya akan lebih
memperhatikan pendidikan. Tidak sedikit pula masyarakat Abmisibil ini yang
menjadi PNS. Bahkan kepala Distrik Okbibab merupana penduduk asli Abmisibil.
Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat Abmisibil sudah mulai berkembang.
Masyarakat masih memegang teguh budaya, tradisi, dan adat istiadat
yang sudah ditetapkan sejak dahulu kala. Seperti acara penyambutan tamu,
kematian, kelahiran seorang bayi, acara keagamaan, hingga merayakan harlah
sekolah. Di Abmisibil masih terdapat rumah honai yang merupakan rumah adat,
seperti halnya di daerah Papua lainnya.
Kepercayaan apabila ada perempuan yang mendekat tanpa seijin pemilik
rumah, maka akan mendatangkan musibah pada perempuan tersebut. Tempat tinggal para penduduk di
Okbibab berasal dari katu serta atap dari seng dengan ukuran yang tidak begitu
besar. Mereka sudah banyak yang meninggalkan rumah adat yang disebut Honai
dengan alasan rumah dari dinding kayu dan atap seng lebih hangat bila dibanding
dengan Honai. Selain itu penduduk Okbibab juga sudah mengenal pakaian seperti
penduduk Indonesia lainnya. Mereka tidak lagi memakai koteka sebagai pakaian
keseharian. Koteka hanya dipakai ketika diadakan acara-acara adat. Untuk
merayakan suatu peristiwa penting, tidak ketinggalan oksang atau tarian adat
dengan menggunakan pakaian adat. Seiring berjalannya waktu, pakaian adat yang
digunakan sudah mengalami sedikit perubahan. Hal ini disesuaikan dengan
kesopanan dan etika yang ada.
Rata-rata Penduduk Okbibab sudah
mengenal Agama, 90% beragama katolik dan 8 % beragama protestan dan sekitar 2%
beragama islam. Kerukunan antar umat beragama serta toleransi sangat terasa sekali. Hal ini terlihat ketika
mengadakan upacara bakar batu. Biasanya setiap ada acara perpisahan sekolah,
ulang tahun sekolah ataupun ulang tahun gereja selalu diadakan acara adat bakar
batu, yaitu sejenis masak tradisional dengan media batu. Terdapat 2 tempat
untuk bakar daging. Bagian lubang pertama khusus untuk bakar batu dengan daging
babi sedangkan lubang ditempat terpisah
untuk bakar batu daging ayam
untuk kaum muslim ala Papua.
Nikmatul Istikhomah, guru kontrak di SMAN Okbibab
Tidak ada komentar:
Posting Komentar